Sabtu, 06 September 2014


BAB I PENDAHULUAN
1.    1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan industri pada era teknologi sekarang ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mempunyai peranan penting dalam kemajuannya, tetapi karena negara kita saat ini sedang mengalami krisis ekonomi pengembangan IPTEK menjadi terlambat, hanya beberapa sektor yang bisa terus berkembang untuk menopang perekonomian kita, yang salah satunya adalah sektor perkebunan terutama kelapa sawit, Indonesia merupakan salah satu pengekspor sawit terbesar di dunia.
Peningkatan penggunaan minyak menjadikan komoditi kelapa sawit sebagai salah satu sumber devisa negara yang utama dari non migas. Untuk itu perlu adanya usaha pengembangan budidaya kelapa sawit serta pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit, karena hal ini merupakan salah satu usaha dalam peningkatan pembangunan nasional dan juga pendapatan negara.
Keperluan di atas dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. IPTEK juga memegang peranan penting yang mampu untuk mengoptimalkan peralatan pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga memperoleh kapasitas produksi yang dapat memenuhi jumlah dan kualitas yang standar.
Pabrik Kelapa Sawit selanjutnya disebut (PKS) adalah alat pengolah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Komoditas  perkebunan kelapa sawit  menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

1.2.       Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah , maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menganalisis kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapas 13 ton/jam.
Tandan Buah Segar selanjutnya disebut (TBS) yang cukup besar dan mahal harganya. Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal dibutuhkan tindakan atau pekerjaan yang besar untuk setiap langkah proses atau setiap stasiun. PKS dioperasikan dalam suatu rangkaian proses yang kontinew, hasil proses instalasi atau stasiun sebelumnya dilanjutkan ke instalasi atau stasiun berikutnya tanpa dapat merubah mutu tetapi hanya melanjutkannya. Kesalahan pada satu stasiun akan berakibat buruk pada stasiun berikutnya.
Baik buruknya mutu dan jumlah hasil oleh suatu PKS terutama ditentukan oleh keberhasilan pada stasiun rebusan. Karena stasiun ketel rebusan (sterilizer) adalah stasiun pertama tandan buah sawit mengalami proses pengolahan. Kalau pada stasiun ini gagal atau tidak berhasil maka akan berakibat buruk pada stasiun selanjutnya, sehingga stasiun ketel rebusan (sterilizer) ini merupakan kunci utama keberhasilan pengolahan tandan buah sawit, oleh sebab itu merebus buah harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
Daya tarik penulis untuk menulis topik ini karena penulis ingin mempelajari lebih lanjut tentang pemindalian panas (heat transfer) dari boiler sampai ke buah sawit yang merupakan awal proses dari pengolahan kelapa sawit. Alasan berikutnya karena ketel rebusan (sterilizer) mempunyai peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan proses pengolahan kelapa sawit pada pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).

1.3.       Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui dan menganalisis kalor yang dibutuhkan pada sterilizer Tipe Horizontal kapasitas 13 ton/jam pada PT Sumber Indah Perkasa.
1.  Mengetahui bagaimana proses kerja ketel rebusan (sterilizer).
2.                  Untuk mengetahui bagaimana cara pengaturan suhu pada ketel rebusan (sterilizer).
3.                  Untuk mengetahui bagaimana sistem pengaturan tekanan pada ketel rebusan (sterilizer).

1.4.       Batasan Masalah
Mengingat ketebatasan yang ada pada penulis baik mengenai kemampuan waktu , kesempatan maupun biaya yang ada serta agar penelitian ini dilaksanakan maka masalah dibatasi pada :
" analisa  kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapasitas 13 ton (tbs/jam) pada PT. SUMBER INDAH PERKASA''

1.5.       Metode Pencarian Data.
Metodologi Penelitian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa metode pencarian data, antara lain :
1.                  Penelitian ke pustakaan
Yaitu penelitian dengan cara membaca berbagai literature untuk mengetahui tentang teori yang terkait dengan masalah yang akan di bahas. Untuk memenuhi ini penulis menggunakan, Analisisa kualitatif. Analisa kalitatif Yaitu analisa yang dilakukan dengan membandingkan antara teori–teori dengan fenomena yang ada pada obyek penelitian.
2.              Penelitian lapangan
Yaitu penelitian secara langsung pada obyek penelitian yang dilakukan dengan beberapa metode pencarian data diantaranya metode observasi. Metode observasi yaitu penyusun mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang akan diteliti, guna menlihat fenomena yang terjadi.
3.                  Metode Interview
Yaitu penulis mengadakan wawancara atau Tanya jawab secara lisan yang berkaitan dengan penelitian pada pihak-pihak yang mengetahui permasalahan yang sedang terjadi.
4.                  Metode dokumentasi
Yaitu penulis mengumpulkan sejumlah data-data dengan cara mengutip atau mencatat tahapan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.6.       Sistematika penelitian
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
BAB I             :           PENDAHULUAN
Pada bab ini di uraikan tentang Latar belakang perumusan masalah.
Tujuan,penelitian masalah/metodologi penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II                        :           KAJIAN PUSTAKA
Memuat teori-teori dan rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisa masalah yang akan diteliti.
BAB III          :           DATA
Memuat data hasil percobaan untuk analisa kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapasitas 13 ton (tbs/jam) pada  PT. SUMBER INDAH PERKASA.
BAB IV          :           PEMBAHASAN MASALAH
analisa kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapasitas 13 ton (tbs/jam) kurang sempuma. disebabkan pengatur suhu pada sterilizer yang terpasang tidak dapat berjalan dengan evektif sehingga hasil dari perebusan kurang sempurrna
BAB V            :           KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisa dapat ditarik kesimpulan: kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapasitas 13 ton (tbs/jam) pada  PT. SUMBER INDAH PERKASA tidak sempurna sehingga perebusan tidak maksimal.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Ketel Rebusan (sterilizer)
Ketel rebusan (sterilizer) adalah bejana uap berbentuk silinder yang digunakan untuk merebus buah kelapa sawit yang masih berupa tandan buah segar (TBS). Alat ukur yang terdapat pada sterilizer adalah manometer yaitu alat pengukur tekanan, termometer yaitu alat untuk mengukur suhu.
Bagian sebelah dalam dilapisi wiring pate (plat pengaraan), sebelah bawah terdapat rail track (jaringan rel) yang berfungsi sebagai jalur untuk memasukkan dan mengeluarkan lori rebusan dan kanan kirinya pipa berpori-pori pembuang udara yang bertemu pada sebuah kran pembuang udara. Bagian dasar terdapat beberapa lubang yang dihubungkan dengan pipa dan bersatu pada sebuah kran untuk pembuangan air kondensat (air rebusan), di atas lubang tadi ditutup dengan plat saringan untuk menjaga terjadinya sumbatan-sumbatan pada nozzle atau kran sewaktu membuangatau mengeluarkan air kondensat (air rebusan).
Sebelah atas di bagian depan teradapat pipa pemasukkan steam dan pipa pembuang steam (blow off), masing-masing pipa ini mempunyai kran dan masing-masing dihubungkan dengan ketel rebusan disebelahnya. Pada umumnya pipa-pipa uap ini dibungkus dengan bahan isolasi untuk mengurangi kehilangan panas,ini dilakukan juga pada bagian luar ketel rebusan (sterilizer).
Umumnya ketel rebusan (sterilizer) dirancang dengan diameter dan panjang yang dapat memuat 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) lori rebusan dengan tekanan kerja 2,8 [kg/cm2] sampai dengan 3 [kg/cm2], (lihat gambar 2.1).                

Gamabar 2.1.a. Ketel rebusan (sterilizer)
Gamabar 2.1.b.Ketel rebusan (sterilizer)
            Keterangan Gambar


1.        Manometer
2.        Pintu Rebusan I
3.        Body Rebusan
4.         Rel Lori
5.        Pipa Air Kondensat
6.        Pintu Rebusan II
7.        Pipa Uap Buang
8.        Pipa Uap Masuk
9.        Termometer
10.    Kran


Di PT. Sumber Indah Perkasa ketel rebusan (sterilizer) yang digunakan adalah sterilizer tipe horizontal yang mempunyai dua buah pintu sebagai pintu masuk dan keluar lori rebusan. Ketel rebusan (sterilizer) ini mampu menampung lori rebusan sebanyak 8 (delapan) lori rebusan, isian netto tiap lori rebusan rata-rata 2,5 ton TBS jadi, jumlah semuanya kira-kira 20 ton TBS tiap satu sterilizer. Sterilizer yang ada pada PT. Sumber Indah Perkasa berjumlab 3 (tiga) buah dan spesifikasi ketel rebusan (sterilizer) yang digunakan ialah :


Merk
Type
Tahun Pembuatan
Ketel Rebusan No.l
PT. SAS
Horizontal
1997
Ketel Rebusan No.2
PT. SAS
Horizontal
1997
Ketel Rebusan No.3
P T. SAS
Horizontal
1998
Spesifikasi teknis dari stasiun rebusan yang ada di PT. Sumber Indah Perkasa  adalah terdiri dari:
l. Rel (rail)
-    Dengan ukuran 70 mm x 68 mm x 37,5 mm berat 12 kg/m
-    Jarak antara rel ( rail) = 600 mm
2.  Lori rebusan
-    Kapasitas lori 2,5 ton TBS/Jam
-     Bahan dari plat 6 mm diberi lubang secukupnya dengan diameter 0,5 inch
-    Diameter roda 250 mm
-    Letak bearing ada di roda atau di luar roda
3.  Alat pemutar (capstan)
-    Single drum atau double drum buatan sumitomo diameter 14 inch
-    Gear motor di gerakkan elektromotor 10 Hp
-    Vertical shaft, speed : 35 rpm
-    Tombol pengoperasian dengan kaki
4.  Tonggak penambat (bollard)
Single drum cb 12" dengan vertikal shaft
5. Diesel locomotive sebagai penggerak
-   Tipe HL 18 merk Schoma-22 HP west Germany atau sejenisnya
6. Transfer carriage manually
-     Masing-masing rebusan menggunakan transfer carriage manually
-     Rangka dibuat dari besi canal 6 x 3 inch x 126 lb
-     Untuk counter bahan dari besi tuang
7. Sterilizer Catwalk
-     Lebar 70 cm2
-     Dipasang di atas sterilizer
-     Dibuat dari besi canal 6 x 3 inch dengan plat bordes ¼ inch

2.2.       Fungsi Perebusan
Baik buruknya mutu dan jumlah hasil oleh suatu pabrik kelapa sawit terutama ditentukan oleh keberhasilan rebusan, oleh karena itu merebus buah harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Setelah lori-lori diisi TBS selanjutnya lori-lori tersebut dimasukkan ke dalam rebusan untuk direbus.
Adapun fungsi dari proses perebusan TBS di pabrik kelapa sawit antara lain :

2.3.       Menghentikan Aktivitas Enzim
Buah yang dipanen terdapat enzim atau suatu bahan yang berfungsi mempercepat reaksi kimia, lipase dan oksidase yang tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Menggunakan cara fisika yaitu dengan pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50 ° C oleh sebab itu perebusan pada suhu 120 ° C akan menghentikan aktifitas enzim.

2.4.       Melepaskan Buah Dari Spiklet
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi (Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak) pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari spikletnya. Buah dapat terlepas dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa (senyawa organik) dan pektin yang terdapat di pangkal buah. Hidrolisis (Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa) dapat terjadi dengan proses kimia dan kimia sfisika dan reaksi biokimia. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang sudah besar dan berwarna kuning kemerahan (membrondol). Reaksi hidrolisis hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena adanya tekanan.
Sifat kimia, fisika serta biokimia (metabolisme dan sifat aterogenik) suatu lemak ditentukan oleh komposisi dan posisi asam lemak (sn-1, sn-2 dan sn-3) yang teresterkan di dalam molekul lemak. Jumlah total asupan lemak yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 30% kebutuhan total kalori, sedangkan rasio yang baik dalam makanan antara asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh jamak ialah 1:1:1. Minyak kelapa dan kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh yang tinggi, yakni 85% dan 60%, serta diduga memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler dan PJK. Kemudian diketahui asam lemak jenuh rantai sedang (C-10 dan C-12) yang banyak terdapat di dalam minyak kelapa ternyata tidak bersifat aterogenik, tetapi asam lemak rantai panjang yang jenuh seperti asam miristat (C-14) dan palmitat (C-16) bersifat aterogenik. Asam palmitat yang sebenarnya memiliki sifat aterogenik di dalam minyak kelapa sawit ternyata tidak bersifat aterogenik karena terdapat pada posisi sn-1 dan sn-3 dalam molekul lemak. J Indon Med Assoc.2011;61:453-7.
               
2.5.                  Menurunkan Kadar Air
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan. Penurunan kadar air  buah  menyebabkan  penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada cangkang (perikarp) yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar air, panas buah akan menyebabkan minyak sawit antar sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung. Cangkang (perikarp) yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat serat mudah lepas antara serat yang satu dengan yang lain, hal ini akan meningkatkan efisiensi digester. Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan lebih mudah.

2.6.       Melepaskan Serat Dari Biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada inti.

2.7.       Membantu Proses Pelepasan Inti Dari Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang, hal ini akan membantu proses permentasi di dalam tempat penimbunan inti (nut silo), sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalarn proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil, untuk mencapai keperluan tersebut di atas diperlukan tekanan uap 2,8 (kg/cm2) sampai dengan 3 (kg/cm2) dengan temperatur sebesar 130°C sampai dengan 140°C dan lama perebusan yang dibutuhkan sekitar 90 menit.
Berdasarkan penelitian di lapangan dengan tekanan uap, temperatur dan lama perebusan di atas telah mampu untuk mematikan enzim lipase yang bisa meningkatkan asam lemak bebas, sehingga dari proses perebusan tandan buah sawit yang dilakukan pada ketel rebusan (sterilizer) diharapkan mampu untuk menghasilkan TBS yang betul-betul steril.
Factor-faktor yang mempengaruhi rebusan antara lain :

A.           Tekanan uap dan lama perebusan
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan yang mempengaruhi efisiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan yang tidak cukup akan mengakibatkan :
1.      Buah kurang matang, sehingga sebagian buah sawit (brondolan) tidak lepas dari tandan yang mengakibatkan kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah.
2.      Pelumatan dalam digester tidak sempurna, karena sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses penempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak dalam ampas dan biji bertambah ampas (fibre) yang masih basah menyebabkan pembakaran dalam ketel uap tidak sempurna.
3.      Pembakaran janjang kosong dalam tempat pembakaran (incinerator) tidak sempurna, yang menyebabkan kerusakan tempat pembakaran (incinerator).
Sebaliknya apabila perebusan terlalu lama akan menyebabkan :
4.      Buah menjadi memar, sehingga menyebabkan kerugian minyak dalam air rebusan (kondensat) dan janjang kosong bertambah
5.      Merusak mutu minyak dan inti
6.      Persentase minyak pada tandan kosong akan meningkat.
B.           Pembuangan udara dan air kondensat
Udara merupakan penghantar panas yang rendah. Apabila udara dalam ketel rebusan tidak dikeluarkan secara sempurna, maka akan terjadi pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan pemindahan panas dari uap ke dalam buah tidak sempuma. Dengan demikian udara harus benar-benar dikeluarkan dari dalam ketel rebusan dengan cara :
-     Kran air kondensat dibuka penuh setiap hari agar diperiksa adanya kemungkinan kebocoran dan harus segera diperbaiki
-     Setiap minggu rebusan dibersilikan dengan minyak pelumas bekas
-     Melaksanakan urutan pelaksanaan lainnya
Hal-hal yang paling sering terjadi dalarn rebusan ialah packing pintu bocor, untuk mencegah hal ini tindakan yang harus dilakukan pada setiap siklus:
1.      Membersihkan selurah buah sawit (brondolan) dan sampah-sampah yang jatuh di dalam rebusan
2.      Packing pintu rebusan dibersihkan dan dilumasi setiap hari juga perhatikan jika terdapat kebocoran dan segera diperbaiki
3.      Setiap 3-4 tahun rebusan direparasi untuk pemeriksanaan berkala oleh Dinas Keselamatan Kerja.
Menentukan kapasitas stasiun ketel rebusan haruslah diketahui hal-hal sebagai berikut:
1.  Lama siklus perebusan (yang dimaksud siklus perebusan ialah waktu yang diperlukan sekali merebus + interval).
2.             Jumlah lori sekali merebus.
3.             Isi netto per lori.
4.             Jumlah ketel rebusan (sterilizer).
3.             Pola perebusan
Pola rebusan adalah pola pemasukan uap ke dalam ketel rebusan (sterilizer) dan pola pengeluaran uap dari dalam ketel rebusan (sterilizer).
Ada tiga macam pola rebusan yaitu :
1.   Pola satu puncak (single peak) ialah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan ada satu puncak akibat dari tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola rebusan selama proses perebusan satu siklus.
2.                   Pola dua puncak (double peak) ialah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan ada 2 puncak akibat dari tindakan pemasukan dan pembuangan uap dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan uap dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus.
3.                   Pola tiga puncak (triple peak) ialah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan ada 3 puncak, akibat dari tindakan pemasukan dan pembuangan uap dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan uap dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus.
Hasil yang penulis peroleh saat melaksanakan analisa menunjukkan sistem perebusan yang ada saat ini di pabrik kelapa sawit pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah sistem dua puncak (double peak) atau sistem tiga puncak (triple peak), skema kedua sistem dapat dilihat pada gambar berikut:
a.      Sistem Perebusan Double Peak ( Dua Puncak)
Sistem perebusan double peak (2 puncak)

Gambar 2.1 Sistem Perebusan Double Peak (Dua Puncak)
No
Keterangan setiap langkah
waktu (menit)
I
Daearasi
3-5
II
Menaikkan tekanan uap 0 - 2 [kg/cm2]
15
III
 Menurunkan tekanan uap dengan cepat 2 [kg/cm2] - 0,5 [kg/cm2]
3
IV
Menaikkan tekanan uap 0, 5 [kg/cm2] - 3 [kg/cm2]
12
V
 Penahanan Pada Tekanan Perebusan 3 [kg/cm2]
50
VI
Membuang uap
7
VII
Mengeluarkan buah masak dan memasukkan buah mentah
8

Lama Siklus
100 Menit

Catatan:
1.      Selama daearasi tekanan uap dalam ketel rebusan harus tetap 0 (nol) [kg/cm2] untuk mencegah turbulensi uap.
2.      Menaikkan tekanan uap harus diatur agar tekanan uap diketel stabil.
3.      Pada titik A, B dan C dilakukan pembuangan air kondensat.

b.       Sistem Perebusan Triple Peak (Tiga Puncak)
Sistem perebusan tripple peak (3puncak)




Gambar 2.2 Sistem Perebusan Triple Peak (3 puncak)
NO
Keterangan setiap langkah
waktu (menit)
I.
Daearasi
3
II.
Menaikkan tekanan uap 0-1,5 [kg/cm ]
7
III.
Menurunkan tekanan uap dengan cepat 1,5 [kg/cm ]-0,25 [kg/cm2]
2
IV.
Menaikkan tekanan uap 0,25 [kg/cm2] -> 2 [kg/cm2]
11
V.    
Menurunkan tekanan uap dengan cepat 2 [kg/cm2]->0,25 [kg/cm2]
2
VI.
Menaikkan tekanan uap 0,25 [kg/cm2]-> 3 [kg/cm2]
14
VII.
Penahanan pada tekanan perebusan 3 [kg/cm2]
41
VIII.
Membuang uap
5
IX.
Mengeluarkan buah masak dan memasukkan buah mentah
5

Lama siklus
90 (menit)
Catatan.
Selama daearasi tekanan uap dalam ketel rebusan harus tetap 0 (nol) [kg/cm2] untuk mencegah turbulensi uap. Menaikkan tekanan uap hams diatur agar tekanan uap diketel stabil.
4.             Sistem Perpindahan Panas (heat transfer) Pada Ketel Rebusan (Sterilizer)
Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Pada ketel rebusan (sterifizer) terjadi perpindahan kalor (heat transfer) secara perambatan atau konduksi yaitu perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat ke bagian benda lain dari benda yang sama atau dari bagian benda padat yang satu ke benda padat yang lain karena terjadinya persinggungan fisik (kontak fisik atau menempel) tanpa terjadi perpindahan molekul-molekul dari benda padat itu sendiri. Perlakuan yang terjadi pada sterilizer (ketel rebusan) ialah kalor yang diterima dinding ketel rebusan bagian dalam yang bersentuhan dengan uap akan dirambatkan kedinding ketel rebusan bagian dalam yaitu menyentuh atau berhubungan dengan TBS. Kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) ini merupakan kerugian kalor pada perebusan. Panas yang diserap oleh dinding rebusan ini dapat dihitung dengan menggunakan ramus sebagai berikut:
Qdinding =             [J.P Holman : Perpindahan Panas, Hal. 522]
Keterangan :
            S = Jumlah uap yang di prokduksi ketel (kg/jam)
𝜟 = i` - W­t o = Selisih entapi antara uap yang keluar dan air yang masuk kedalam KJ/kg.
QLow = Nilai pembakaran terendah atau lowest Heating Volume bahan bakar (KJ/kg)
π ketel = Efesiensi thermis ketel uap.
L              = Panjang ketel rebusan (sterilizer) [m]
T1             = Temperatur uap masuk [°C]
T3             = Temperatur dinding luar isolasi [°C]
N              = Jari-jari dalam ketel rebusan (sterilizer) [m]
r2               = Jari-jari luas ketel rebusan (sterilizer) [m]
n               = Jari-jari luas isolasi [m]
Keaja                    = Konduktivitas termal baja [ W/m°C]
Kisoia3i          = Konduktivitas termal isolasi [W/m°C]
5.             Rumusan Perhitungan Kalor yang Dibutuhkan pada Ketel Rebusan (sterilizer)
Kalor yang dibutuhkan pada ketel rebusan (sterilizer) merupakan penjumlahan dari kalor yang diserap pada tandan buah segar (TBS) dengan kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer), dapat dihitung dengan  ramus :
Qtot       = Q TBS + Q Dinding
Keterangan:
Qtoot                 = Kalor yang dibutuhkan ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
QTBS             =   Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) [kj/jam]
QDinding                     = Kalor yang diserap oleh ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]

Massa tandan buah segar (TBS) merupakan kapasitas pengolahan produksi. Kapasitas ketel rebusan (sterilizer) dapat dihitung dengan ramus :
m = 60/T x G x A x Ep [ PT. Perkebunan IV (Persero) : Penuntun                                            Pengolahan Kelapa Sawit, Hal : 38]
Keterangan:
m        = Kapasitas merebus [ton/jam]
G        = Jurnlah lori sekali merebus
A        = Isian netto tiap lori [ton]
Ep      = Jumlali ketel rebusan (sterilizer)
T         = Waktu perebusan [menit]
Menghitung kalor yang diserap oleh TBS menggunakan kapasitas tandan buah sawit untuk satu ketel rebusan (sterilizer), maka kapasitas ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa sebesar :
m = x 8 x 2,5 x I = 13 [Ton/Jam]
maka kapasitas ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah 13.000 [kg/jam].
Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) dapat dihitung dengan ramus :
Qtbs - m x CpTBS x [Tb2 - Tbi] ….[J.P Holman : Perpindahan Kalor, hal. 563]
Keterangan :
QTBS     = Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) [kj/Jam]
m          = Massa tandan buah segar (TBS) [kg/jam]
CpTBS    = Kalor spesifik tandan buah segar TBS [kj/kg °C]
Tb1         = Temperatur uap masuk [°C]
Tb2       = Temperatur tandan buah segar (TBS) sebelum direbus [°C]
Nilai kalor spesifik tandan buah segar (TBS) yang didapat pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah 2,6 [kj/kg °C]




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.       WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014, bertempat diUtility PT. Sumber Indah Perkasa.Yaitu sebuah perusahaan industri yang bergerak dibidang agri bisnis yang memproduksi minyak sawit (crude palm oil). Perusahaanini beralamat di Jl. Soekarno Hatta KM. 17 Desa Rangai Tri Tunggal Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

3.2.      ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam penelitian ini boiler yang digunakan adalah boiler tipe pipa api (fire tube boiler) yang berbahan bakar cair yaitu solar. Pengambilan data-data dalam penelitian mengunakan alat-alat antara lain :
1.    Pemantau Tekanan (Pressure Gauge)
Pressure gauge adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan aliran fluida yang digunakan maupun dihasilkan oleh boiler, yang melewatisistem pemipaan (piping system) seperti air dan steam. Dengan menggunakan jarum sebagai indikator tekanan,Pressure gaugeyang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satuan (Bar).Pengambilan data untuk nilai tekanan yang dihasilkan boiler, yaitu pada saat boiler dalam kondisi on top atau stabil dalam mengahasilkan uap.


Gambar 3.1. Pemantau tekanan (pressure gauge).
2.      Flowmeter
Flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran fluida yang melewati pipaseperti bahan bakar (solar),air umpan, dan air condensate.Pada bagian atas flowmeter tertera angkayang menunjukkan banyaknya fluida yang melewati flowmeter. Untuk menghitung jumlah fluida yangmasuk atau melewati pipa adalah dengan cara menghitung selisih antara  angka akhir dengan angka awal yang tertera pada flowmeter.

Gambar 3.2. Flowmeter.



3.    Modulating Control
Modulatingcontrol adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan steam yang dihasilkan boiler dan menentukan batas tekanan steam yang dihasilkan boiler dalam satuan (Bar). Secara otomatisnilai tekanan steamakan ditampilkan pada tampilan (display)digitalmodulatingcontrol.

Gambar 3.3. Modulatingcontrol.

4.    ControlSteam
Alat ini digunakan untuk menghitung jumlah steam yang dihasilkan (Kg) berserta suhu steam  yang dihasilkan boiler, dengan menunjukkan angka pada tampilan (display)digital pada controlsteam.

Gambar 3.4. Controlsteam.

5.    Thermometer Infra Merah (Infra Red Thermometer)
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur air umpan,dan temperatur condensate0C) Dengan cara mengarahkan sinar infra merah ke arah media yang akan diukur temperaturnya, selama ±10 menit. Kemudian nilaitemperatur yang hasil dari pengukuran akan ditampilkan pada layar digital.

Gambar 3.5. Termometer infra merah (infra red thermometer).

6.     Hygrometer
Hygrometer  digunakan untuk mengukur massa jenis (density) bahan bakar dan air (liter/kg). Dengan cara mencelupkan hygrometer selama ±5 menit pada gelas ukur yang terisi bahan bakar atau air yang akan diukur.

Gambar 3.6. Hygrometer.


7.    Gelas Ukur (Glass Ware)
Gelas ukur digunakan sebagai tempatair atau bahan bakaryang akan diukur massa jenis atau density.
Gambar 3.7. Gelas ukur(glass ware).

8.      Pompa (Pump)
Pompa adalah alat yang digunakan untuk mentransfer fluida yang digunakan pada proses operasional boiler seperti air umpan, bahan bakar(solar), dan air condensate. Pada gambar dibawah ini air umpan yang ditransfer  menggunakan 2 pompa dengan kapasitas pompa 17.000 m3 per jamnya dengan tekanan maximum 19 Bar, air umpan yang ditransfer berasal dari dearator yang telah melalui proses treatment terlebih dahulu. Air yang ditransfer akan melalui jalur pemipaan yang menuju ke dalam shell boiler.

Gambar 3.8. Pompa(pump).

3.3.       PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dalam penelitian ini adalah :
1.    Melakukan pengamatandengan cara visual terhadap sistem kerja boiler dan prosescondensationuap (steam).
2.    Menghitung jumlah kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air hingga menjadi steam.
3.    Pengumpulan data-data yang dibutuhkan sebagai parameter-parameter dalam perhitungan efisiensi boiler.
4.    Menganalisis dan menghitung nilai efisiensiyang dihasilkan pada boiler berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran.
5.    Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.
6.    Memberikan saran.


3.4.        TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Menghitung jumlah steam yang dihasilkan boiler(kg) menggunakan control steam. Pada layar tampilan control steam akan terlihat jumlah steam yang dihasilkan boiler  berserta temperatur steam.Data diambil pada saat boiler pada posisi on top atau stabil dalam menghasilkan steam, yaitu saat boiler telah mencapai tekanan 6 bar dan suhu hingga ± 158,8630C. Pengambilan data dilakukan dengan interval waktu dari awal steam ditransfer yaitu pada saat valveoutputsteam pada boiler dibuka hingga proses heating selesai (valve di tutup).

2.    Pengambilan da­­­­ta konsumsi air untuk air umpan(feed water) berdasarkan data yang diambil dari pengukuran menggunakan flowmeter, yang terpasang pada jalur pipa transfer air dari feed water tank ke boiler. Air yang digunakan dialirkan menggunakan pompa secara konstan.Jumlah debit air yang melewati flowmeter adalah selisih antara indikator angka pada flowmeter yaitu antara angka awal dan angka akhir. Angka awal yang dicatat adalah pada saat belum melakukan transfer dan belum ada air yang melewati jalur pipa flowmeter. Sedangkan angka akhir yaitu angka yang diperoleh setelah selesai melakukan transfer air (boiler shutdown). Pengambilan data ini dengan interval waktu selama operasional boiler (jam) berlangsung. Yaitu dari awal boiler running hingga boilershutdown. Setelah didapatkan hasil perhitungan total konsumsi air,kemudian dilakukan  perhitungan rata-rata jumlah (Liter/Jam)konsumsi air umpan (q).

3.    Da­­­­ta konsumsi bahan bakar diambil berdasarkan hasil dari pengukuran menggunakan alat flowmeter, yang terpasang pada jalur pipa transfer bahan bakar yaitu pada pada jalur outlet dari daily tank  fuelke boiler. Sebelum masuk langung ke boiler, bahan bakar ditampung terlebih dahulu pada daily tank fuel. Jumlah debit bahan bakar yang melewati flowmeter adalah selisih antara indikator angka pada flowmeter yaitu antara angka awal dan angka akhir. Angka awal yang dicatat adalah saat belum melakukan transfer dan belum ada bahan bakar yang melewati pipa aliran flowmeter. Sedangkan angka akhir yaitu angka yang diperoleh setelah selesai melakukan transfer bahan bakar (boiler shutdown). Pengambilan data ini dengan interval waktu selama operasional boiler (Jam) berlangsung, yaitu dari awal boiler running hingga boiler shutdown. Setelah didapatkan hasil perhitungan total konsumsi bahan bakar, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata jumlah (Liter/Jam)konsumsi bahan bakar.

4.    Pengambilan da­­­­ta air condensate yang dihasilkan berdasarkan data yang diambil dari pengukuran menggunakan flowmeter. Air condensateyang dihasilkan dialirkan menggunakan pompa secara konstan menuju ke condensate tank.Jumlah air condensateyang dihasilkan adalah selisih antara indikator angka pada flowmeter yaitu antara angka awal dan angka akhir. Angka awal yang dicatat adalah pada saat belum melakukan transfer dan belum ada air condensate yang melewati jalur aliran pipa flowmeter tersebut. Sedangkan angka akhir yaitu angka yang diperoleh setelah selesai melakukan transfer air condensate. Pengambilan data ini dengan interval waktu selama proses heating minyak sawit (CPO) berlangsung. Yaitu dari awal proses heating minyak dilakukan (valve steam transfer dibuka) hingga proses heating selesai (valve steam transfer ditutup).Setelah didapatkan hasil perhitungan jumlah aircondensate yang dihasilkan,kemudian dilakukan  perhitungan rata-rata jumlahair condensateyang dihasilkan (Liter/Jam).

5.    Pengambilan data temperatur air condensateyang tertampung didalam condensate tank, yaitu rata-rata temperatur dari tiga titik air didalam tangki penyimpanan. Alat yang digunakan adalah thermometer infra merah, yaitu dengan cara memancarkan sinar infra merah ke arah air condensate ±10 menit. Pengambilan data temperatur dilakukan pada saat melakukan transfer air condensate dari condensate tank kefeed water tank.

6.    Pengambilan data tekanan (pressure)steam yang dihasilkan boiler dengan menggunakanmodulatingcontroldalam satuan (bar). Pengambilan datadilakukan pada saat boiler posisi stabil dalam menghasilkan steam.Modulating control mengukur jumlah steam yang dihasilkan yaitu dari awal membuka valve distribusi steam pada boiler hingga valve ditutup kembali (boiler shutdown). Dari nilai tekanan yang diketahui maka dapat diketahui nilai enthalpy air umpan (hf) dan enthalpy steam(hg), berdasarkan tabel tekanan steam (saturated pressure table).

7.    Pengambilan data temperatur air umpan adalah air umpan  yang tertampung didalam feed water tank, yaitu rata-rata temperatur dari tiga titik air didalam tangki penyimpanan tersebut. Alat yang digunakan adalah thermometer infra merah, dengan cara memancarkan sinar infra merah ke arah air umpan dengan interval waktu ± 10 menit.




8.    Pengambilan data massa jenis (density) bahan bakar (solar) berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran menggunakan hygrometer. Proses ini dengan cara mencelupkan hygrometer kedalam gelas ukur yang telah berisi bahan bakar (solar), selama ±10 menit. Garis nilai pada hygrometer yang sejajar dengan permukaan bahan bakar adalah nilai dari massa jenisnya.

9.    Setelah diperoleh data-data yang dihasilkandari proses pengamatan dan pengukuranmenggunakan alat-alat. Kemudian selanjutnya dilakukan analisa dan perhitungan data untuk memperoleh nilai efisiensi pada boiler.





FINISH

Pengumpulan Data

START

Persiapan-persiapan bahan dan alat yang digunakan

Analisa Data


Pembahasan

Hasil Penelitian

Melakukan pengamatan system kerja boiler
dan proses condensationuap (steam)
 



























Gambar 3.9. Alur kerja penelitian.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.            Proses Kerja Ketel Rebusan (Sterilizer)
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler memproduksi uap dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Sistem Perebusan Triple Peak (SPTP) yang digunakan pada PT. Sumber Indah Perkasa selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. Keberhasilan (SPTP) dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel rebusan (sterilizer), bahan baku, dan lama perebusan.
Proses kerja perebusan pada ketel rebusan (sterilizer) dengan Sistem Perebusan Triple Peak (SPTP) pada PT. Sumber Indah Perkasa yang telah terpasang alat programmer pada ketel rebusannya dan produksi uapnya telah cukup. Prosedur pelaksanaan perebusannya adalah sebagai berikut:
1.       Masukkan uap dengan membuka kran uap masuk perlahan-lahan yang uapnya didatangkan dari back pressure vessel (steam vents). Bersamaan dengan itu kran pembuangan udara (air vents) dan kran pembuangan air rebusan (condensate) dibuka.
2.            Setelah selesai pengeluaran udara, tekanan uap dengan cepat dinaikkan 0 sampai dengan 1,5 [kg/cm2], kemudian uap dibuang kembali dengan sistem blow down sampai tekanan uap 0,25 [kg/cm2]
3.            Ketel rebusan (sterilizer) diisi lagi dengan uap sampai mencapai tekanan 1,5 sampai dengan 2 [kg/cm2], kemudian dibuang lagi melalui blow down sistem, sampai tekanan 0,25 [kg/cm2].
4.            Ketel rebusan (sterilizer) diisi lagi dengan uap sampai mencapai tekanan penuh 2,6 sampai dengan 3 [kg/ cm ]. Pada tekanan ini ditahan selama jangka waktu tertentu, selanjutnya uap dibuang (blow off) melalui kran pembuang uap. Setelah tekanan tinggal 1,5 [kg/cm2], uap dapat dikeluarkan melalui kran blow sistem, sehingga proses pembuangan uap (blow off) ini semakin cepat.
5.     Waktu keseluruhan perebusan yang dibutuhkan dengan Sistem Perebusan Triple Peak (SPTP) adalah 90 menit.

4.2.            Pengaturan Temperatur Pada Ketel Rebusan (Sterilizer)
Suhu atau temperatur yang digunakan berbanding lurus dengan tekanan ketel rebusan (sterilizer). Apabila tekanan dinaikkan maka suhu atau temperatur pada ketel rebusan (sterilizer) juga akan mengalami kenaikkan. Temperatur yang digunakan dilihat berdasarkan keadaan dari TBS, diharapkan tingkat kematangannya homogen.
Suhu atau temperatur yang dipakai dalam proses perebusan tidak lebih dari batas temperatur yang diijinkan yaitu 130°C sampai dengan 140°C. Berdasarkan penelitian dengan tekanan uap 2,8 [kg/cm2] sampai dengan 3  [kg/cm2] dengan temperatur l30°C sampai dengan 140°C dan lama perebusan 90 menit telah mampu untuk menghasilkan TBS yang betul-betul steril.
Proses perebusan harus dihindari temperatur yang terlalu tinggi atau di atas dari temperatur yang diijinkan, karena temperatur yang terlalu tinggi akan mempercepat kerusakan sterilizer (ketel rebusan), disampaing itu suhu atau temperatur yang terlalu tinggi bisa menyebabkan buah menjadi memar sehingga menyebabkan kerugian minyak dalam air kondensat dan janjangan kosong bertambah, merusak mutu minyak dan inti dan menyebabkan persentase minyak pada tandan kosong akan meningkat, agar terhindari temperatur yang terlalu rendah karena ini akan berakibat mengurangi efisiensi perebusan yaitu makin lamanya proses perebusan, suhu atau temperatur harus betul-betul dijaga agar tidak lebihi atau kurang dari temperatur yang diijinkan.
4.3.            Sistem Pengaturan Tekanan Uap Pada Ketel Rebusan (Sterilizer)
Proses perebusan pada ketel rebusan (sterilizer) dibutuhkan uap dengan tekanan 2,8 [kg/cm2] sampai dengan 3 [kg/cm2]. Tekanan uap yang dibutuhkan ini tidak boleh kurang atau lebih, karena apabila tekanan uap tidak mencukupi akan mempengaruhi efisiensi pabrik yang dapat mengakibatkan :
1.         Buah kurang masak, sehingga sebagian buah (brondolan) tidak lepas dari tandan  yang mengakibatkan  kerugian minyak  dalam janjangan kosong bertambah.
2.      Pelumatan dalam digester tidak sempurna, karena sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak dalam ampas dan biji bertambah.
3.      Ampas (fibre) yang masih basah menyebabkan pembakaran dalam ketel uap tidak sempurna.
4.      Pembakaran janjang kosong dalam tempat pambakaran (ncinerator) tidak sempurna, yang menyebabkan kerusakan tempat pambakaran (ncinerator).
Sebaliknya apabila perebusan terlalu lama dan tekanan uap melebihi dari yang diijinkan akan menyebabkan :
1.      Buah menjadi memar, sehingga menyebabkan kerugian minyak dalam air rebusan (kondensat) dan janjang kosong bertambah.
2.      Merusak mutu minyak dan inti.
3.      Persentase minyak pada tandan kosong akan meningkat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah agar tekanan uap tidak melebihi dari yang dibutuhkan, ini akan berakibat pada dinding ketel rebusan (sterilizer) yang dirancang dengan tekanan kerja 3 [kg/cm2]. Untuk menjaga agar tekanan uap tidak melebihi tekanan uap yang diijinkan maka dipasang manometer pada ketel rebusan (sterilizer) yang berfungsi untuk mengetahui tekanan uap pada ketel rebusan (sterilizer) tersebut.
Skema uap yang digunakan pada ketel rebusan (sterilizer) adalah sebagai berikut:

 Gambar 4.1 Skema Uap yang Digunakan pada Ketel Rebusan (Sterilizer)
Keterangan:
1.  Pembentukan uap, fluida yang digunakan adalah air, karena air bersifat normal (pH = 8) sehingga tidak merusak ketel uap (boiler). Air pada bak penampungan dipompakan ke ketel uap (boiler)
2.            Ketel uap (boiler) menghasilkan uap basah (saturated steam), selanjutnya uap tersebut dialirkan ke superheater (uap panas lanjut).
3.              Superheater digunakan untuk menghasilkan uap kering, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Uap kering dari superheater diteruskan ke turbin uap untuk memutar sudu-sudu turbin uap. Dari turbin uap, uap kering diteruskan ke steam vessel untuk mengubah uap kering menjadi uap basah.
4.  Uap basah dari steam vessel dialirkan ke ketel rebusan (sterilizer) untuk merebus tandan buah segar (TBS).
Uap yang dihasilkan ketel uap (boiler) merupakan uap basah atau saturated steam dengan tekanan 18 [kg/cm2]. Dan pada steam vessel, tekanan saturated steam tinggal 3,5 [kg/cm"]. Di dalam ketel rebusan (sterilizer) tekanan kerja yang digunakan sebesar 2,8 sampai dengan3 [kg/cm2] dengan cara mengatur uap masuk oleh katup masuk.
Uap basah atau saturated steam senantiasa mempunyai pasangan-pasangan harga antara tekanan dan temperatur didihnya. Bila tekanan dinaikkan, temperatur didih akan naik dan sebaliknya, bila tekanan diturunkan, maka temperatur didihnya juga akan turun.
Diagram T-S dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 4.2 Diagram T-S
4.4.            Perhitungan Tebal Dinding Ketel Rebusan (Sterilizer)
Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) diperhitungkan terhadap dua kemungkinan yaitu kemungkinan terbelah dan kemungkinan putus. Untuk mencari ketel rebusan (sterilizer) agar tidak pecah maka haruslah menggimakan rumus di bawah ini:

Keterangan:
tb = Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) agar tidak belah [mm]
D = Diameter dalam dinding ketel rebusan (sterilizer) [mm]
p  = Tekanan di dalam ketel rebusan (sterilizer)   [N/mm2]
L = Panjang ketel rebusan (sterilizer) [mm]
            = Tegangan tank yang diizinkan [N/mm2]
 Penampang ketel rebusan (sterilizer) apabila pecah karena terbelah dapat dililiat pada gambar di bawah ini:
Gambar. 4.3. Dinding ketel rebusan (sterilizer) pecah karena belah
Bahan yang dipilih untuk dinding ketel rebusan (sterilizer) adalah St-37-1 dengan tegangan tarik ( ) 410 [N/mm2]            [Lampiran 8],
Untuk bahan ini faktor keamanannya (S) sebesar 4, factor pemakaian alat (CB) sebesar 2, maka tegangan tank ijinnya dapat dicari dengan menggunakan ramus:
( )

Keterangan:
 = tegangan tarik yang diijinkan [N/mm2]
S   = faktor keamanan
Cb   = faktor pemakaian
=
Tekanan kerja didalam ketel rebusan (sterilizer) sebesar 0,294 [N/mm2]. Panjang dan diameter ketel rebusan (sterilizer) ditentukan berdasarkan kapasitas Tandan Buah Segar (TBS) yang masuk di dalamnya, untuk panjang ketel rebusan (sterilizer) sebesar 25480 [mm], dan diameter sebesar 2100 [mm], maka tebal  dinding ketel rebusan (sterilizer) yang dihitung agar terhindar dari kemungkinan pecah karena belah adalah setebal:

Dengan tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) setebal 6 [mm] sudah aman dari kemungkinan belah.
Untnk mencari tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) agar aman dari
kemungkinan putus dapat dicari dengan menggunakan ramus:
  
Keterangan:
tP = Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) agar ridak putus [mm]
D            = Diameter dalam dinding ketel rebusan (sterilizer) [mm]
p  = Tekanan kerja [N/mm2]
            = Tegangan tarik yang diizinkan [N/mm2]
           Penampang ketel rebusan (sterilizer) apabila pecah karena putus dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.4. Dinding ketel rebusan (sterilizer) pecah karena putus
Dengan data yang sama maka dapat dicari tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) agar aman dari kemungkinan putus yaitu setebal:

 

Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) sebesar 3 [mm] sudah aman dari kemungkinan pecan karena putus.
Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) jika dihitung berdasarkan kemungkinan belah (tb) adalah lebih besar atau tebal dibandingkan bila dihitung berdasarkan kemungkinan putus (tp). Perhitimgan tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) hanya dihitung terhadap kemungkinan belah karena lebih aman atau lebih tebal. Tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa setebal 14 [mm], maka dengan tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) sebesar 14 [mm] ini berati sudah aman dari kemungkinan pecan karena belah maupun kemungkinan pecan karena putus.
4.5.            Perhitungan Kalor Yang Dibutuhkan Pada Ketel Rebusan (Sterilizer)
Kalor yang dibutuhkan pada ketel rebusan (sterilizer) merupakan penjumlahan dari kalor yang diserap pada tandan buah segar (TBS) dengan kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer), dapat dihitimg dengan rumus:
Qtot      = QTBS + Qdinding
Qtot       =  Kalor yang dibutuhkan ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
Qtbs      = Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) [kj/jam]
Qdinding       = Kalor yang diserap oleh ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
Massa tandan buah segar (TBS) merupakan kapasitas pengolahan produksi. Kapasitas ketel rebusan (sterilizer) dapat dihitung dengan ramus :

m= 60/T x G x A x Ep  



Keterangan:
m            = Kapasitas merebus [ton/jam]
G            = Jumlah lori sekah merebus
A            = Isian netto tiap lori [ton]
Ep           = Pumlah ketel rebusan (sterilizer)
T = Waktu perebusan [menit]
Untuk menghitung kalor yang diserap oleh TBS menggraiakan kapasitas tandan buah segar untuk satu ketel rebusan (sterilizer). Kapasitas ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa sebesar :
m = 60/90 x 8 x 2,5 x 1= 13 [ton/jam]
maka kapasitas ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah
13.000 [kg/jam].
Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) dapat dihitung dengan ramus :
Qtbs = m x CpTBS x [Tb2 - Tbi] ….[J.P Holman : Perpindahan Kalor, hal. 563]
Keterangan ;
QTBS       = Kalor yang diserap tandan buah segar (TBS) [kj/jam]
m            = Massa tandan buah segar (TBS) [kg/jam]
CpTBS                                       = Kalor spesifik tandan buah segar (TBS) [kj/kg °C]
Tb1              = Temperatur uap masuk [°C]
Tb2              = Temperatur tandan buah segar (TBS) sebelum direbus [°C]
Nilai kalor spesifik tandan buah segar (TBS) yang didapat pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah 2,6 [kj/kg °C], Maka tandan buah segar (TBS) pada temperatur uap masuk 130 [°C] dan temperatur tandan buah segar (TBS) sebelum direbus 30 [°C] akan menyerap kalor sebesar :
QTBS   = 13000 x 2,6 x (130-30)
= 3.380.000 [kj/jam]

Selain panas yang diserap pada tandan buah segar (TBS), panas juga diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) ini merupakan rugi kalor pada perebusan.    Kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) ini dapat dihitung dengan menggunakan ramus sebagai berikut:
Qdinding =    [J.P Holman : Perpindahan Panas, Hal. 522]

Keterangan:
Qdinding             = Panas yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
L             = Panjang ketel rebusan (sterilizer) [m]
Ti            = Temperatur uap masuk [°C]
T.3          = Temperatur dinding luar isolasi [°C]
Ri            = Jari-jari dalam ketel rebusan (sterilizer) [m]
r2 = Jari-jari luas ketel rebusan (sterilizer) jm]
r3            = Jari-jari luas isolasi [m]
KBaja                                         = Konduktivitas termal baja [ W/m°C]
Kisolasi                    = Konduktivitas termal isolasi [W/m°C]
Isolasi yang digunakan untuk membalut ketel rebusan (sterilizer) pada PT. Sumber Indah Perkasa jenis (rock wool) wol batuan, ditotal longgar maka konduktivitas termal untuk jenis isolasinya adalah 0,067 [W/m°C]…..[Lampiran 3].
Gambar 4.5. Penampang ketel rebusan (sterilizer)
Perhitungan dari PT. Sumber Indah Perkasa diperoleh data mengenai ketel rebusan (sterilizer) yang digunakan adalah sebagai berikut :
-         Temperatur uap masuk ketel rebusan (sterilizer) (TO - 130 [°C]
-         Temperatur dinding luar isolasi (T3) = 30 [°C]
Bahan yang digunakan untuk dinding ketel rebusan (sterilizer) adalah baja jenis St-37-1, mempunyai konduktivitas termal sebesar 26 (Btu/jam) (ft2) (° F/ft)   [Lampiran 6]
sama dengan 44,9982 W/m °C………………………….[Lampiran 4]
Dari perhitungan untuk mencari tebal dinding ketel rebusan (sterilizer) dapat diketahui jari-jari dalam dan luar ketel rebusan (sterilizer) yaitu sebesar:
1.      Jari-jari dalam ketel rebusan (sterilizer) (n) = di / 2 = 2,1 / 2 = 1,05 [m]
2.      Jari-jari luar ketel rebusan (sterilizer) fe) = A212 = 2,112 / 2 - 1,056 [m]
3.      Jari-jari luar isolasi (r:,) = d3 / 2 = 2,212 / 2 = 1,106 [m]
Sehingga kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) sebesar :
Qdinding =
dinding
Qdinding =
            = 23,17034372 [kj/detik]
            =
            = 83413,23 [kj/jam]
Sehingga kalor yang dibutuhkan pada ketel rebusan (sterilizer) sebesar:
Qtot       = Qtbs + Qdinding
Qtot       = 3.380.000 [kj/jam] + 83413,23  [kj/jam]
Qtot            = 3.463.433,237 [kj/jam]
Pengaturan kalor tersebut juga tergantung pada temperatur kerja, karena apabila temperatur kerja melebihi 130 [° C] maka kalor yang dibutuhkan ketel rebusan (sterilizer) akan menjadi lebih besar, disebabkan [Tb2 – Tb1] akan lebih besar, apabila ditinjau dari segi waktu akan merugi. Sedangkan apabila lebih kecil temperatur kerjanya buah tidak akan masak, dilihat dari segi jaminan bahwa tandan buah segar (TBS) sudah dianggap steril pada temperatur kerja 130 [° C].
4.6.            Perhitungan Efisiensi Ketel Rebusan (Sterilizer)
Mencari efisiensi pada ketel rebusan (sterilizer) harus diketahui besar kalor yang masuk dan berapa besar kalor yang keluar. Efisiensi ketel rebusan (sterilizer) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
                nkt
Keterangan:
nkt        = Efisiensi ketel rebusaran (sterilizer)
Qin         = Kalor yang dibutuhkan oleh ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
Qout         = Kalor yang diserap oleh dinding ketel rebusan (sterilizer) [kj/jam]
Besar kalor yang dibutuhkan oleh ketel rebusan (sterilizer) dan besar kalor yang diserap oleh  dinding ketel  rebusan  (sterilizer)  sudah diketahui  pada pembahasan yang terdahulu,maka besar efisiensi ketel rebusan (sterilizer) dapat diketahui yaitu sebesar:
nkt =
nkt = 97,5%
Besar efisiensi ketel rebusan (sterilizer) yang digunakan pada PT. Sumber Indah Perkasa adalah 97,5%.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dapat ditarik kesimpulan: kalor yang dibutuhkan pada sterilizer tipe horizontal kapasitas 13 ton (tbs/jam) pada  PT. SUMBER INDAH PERKASA tidak sempurna sehingga perebusan tidak maksimal.

5.2.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. SUMBER INDAH PERKASA untuk memperbaiki sistem sterilizer sehingga PT Sumber Indah Perkasa dapat menghemat waktu dan perekonomian pada PT Sumber Indah Perkasa dan akan mempercepat pemrosesan buah sawit dan akan meningkatkan penghasilan pada PT. Sumber Indah Perkasa.
      Saran untuk penulis waktu untuk peneliatan terlalu cepat sehingga data yang di peroleh tidak lengkap.
      Sterilizer pada PT. Sumber Indah Perkasa masih perlu diperbaiki sehingga pihak perusahaan tidak mengalami kerugian saat pengoprasian